Langsung ke konten utama

Ketika Negara Api Menyerang

Sekitar pukul 15:00 kami melintasi perbatasan sumsel dengan lampung, katanya si daerah ini yang rawan begal, tapi alhamdulillah kami berjalan dengan tenang dan nyaman.

Tapi ada sedikit kendala dengan suasana disana, pemandangan yang agak berbeda, nafas yang mulai tersedak dengan beberapa kepulan asap dari depan. Semakin mendekati lokasi asap beberapa mobil polisi beserta pemadam kebakaran terlihat.

Memang dari tugu perbatasan ada yg berteriak "awas mas di depan ada kebakaran hutan, ". Saya kira kebakarannya sudah selesai tapi ternyata masih ada beberapa titik api yg belum di padamkan, dan alhasil kami masuk lah ke lingkaran api dan asap yang tebal.

Kami tidak bisa apa-apa disana, berhenti takut di begal, lanjut ada kebakaran. Dan kami lebih memilih lanjut menembus kepulan asap yang tebal dan panas, alhamdulillah asap tebal tidak begitu lama, tapi ada dua titik yang belum di padamkan dan kami juga melewati dua titik itu juga.

Saya masih memakai kacamata, jadi mata sedikit terlindungi. Tapi, nafas sudah ngos-ngosan karena asap yang begitu tebal. Sepanjang jalur pematang kami masih di selipi rasa was-was dengan keadaan jalan disana yang terkenal rawan.

Dan akhirnya pada pukul 16 kami tiba di tempat transit, di bascamp CBCL (chapter mesuji), hati tenang dan pikiranpun jadi riang heuheuheu......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pakai Rompi Safety dikira Tukang Parkir

Kini bersepeda tidak seperti dahulu sebelum banyaknya kendaraan bermotor, pesepeda kini harus lebih mengantisipasi terjadinya kecelakaan karena ulah para pengendara bermotor yg tidak banyak memberi jalan kepada pesepeda. Namun, selain itu pesepeda juga harus safety dan bagaimanapun caranya ketika kita bersepeda bisa diketahui oleh pengendara lain, salah satunya ialah memakai rompi safety. Saya memiliki pengalaman menarik terhadap rompi safety yang biasa dipakai para pesepeda, cerita ini saya alami ketika sepulang dari mataram lombok menuju jogjakarta. Seperti biasanya saya memilih istirahat di mini market untuk sekedar ngadem ataupun membeli minuman. Nah ketika itu saya istirahat di sebuah mini market di daerah karanganyar solo. Karena waktu sudah maghrib akhirnya saya memilih ngerest lebih lama di mini market itu sambil menikmati minuman dan beberapa cemilan tak lupa selinting tembakau di tangan. Orang berlalu lalang sambil memandang sepedaku yang mungkin terlihat sedikit sa

Bersepeda Membelah Hutan Baluran

Bagi siapapun yang akan bepergian jauh khususnya kearah timur pulau Jawa pasti akan melewati Taman Nasional Baluran jika kita memilih jalur utara atau pantura. Namun, momen ini akan berbeda ketika kita menjalaninya dengan bersepeda, dengan bersepeda kita akan lebih dekat dengan flora dan fauna yang ada di taman nasional baluran yang terletak di kabupaten situbondo. Di sini saya akan menceritakan perjalanan saat melintasi taman nasional baluran menggunakan sepeda ontel bersama kawan saya fasha. Kami berdua start dari rumah bapak Ibturi yang terletak kurang lebih 100m sebelum alas baluran, bapak ibturi adalah salah satu pegiat sepeda ontel di kabupaten situbondo. Kami mulai start jam 07:00 melintasi taman nasional baluran, di sepanjang jalan kami hanya di temani oleh sekelompok monyet-monyet kecil yang sedang mencari makan di pinggir jalan, biasanya banyak pejalan raya yang mengasih beberapa kacang dan makanan lainnya. Medan jalan yang naik turun lagi-lagi menguras banyak tenaga

20.000 Dapet Do'a Apa..?

Sepulang dari expedisi Ziaroh Wali Songo pada mei-juni 2016, saya memilih jalur tengah yaitu dari madura-surabaya-mojokerto-kediri-nganjuk-madiun dan seterusnya sampai di jogja. Sesampainya di hutan mantingan Ngawi saat menuruni jalan, setelah tanjakan yang nggak ada ujungnya, sebuah motor matic menyalipku pelan dari belakang dan menyodorkan uang 20.000 rupiah dan orang itu bilang “tolong doakan saya mas”, lalu saya menjawab ya... Sambil tersenyum. Kemudian saat istirahat saya berfikir 20.000 dapet doa apa ya...? Hehehehe. Bukan saya mau menyepelekan uang 20.000, disini saya berfikir ketika semua orang mengukur segalanya dengan uang. Bukan hanya dalam hal tolong menolong saja, melainkan uang sekarang juga dijadikan tolak ukur bagi para penceramah, di dunia televisi ataupun nyata. Ketika segala sesuatu diukur dengan uang dimanakah harga diri seorang manusia berada, apa iya uang dapat membeli harga diri mereka..? Ya begitulah sekarang yang terjadi, dari mulai penceramah hingga