Langsung ke konten utama

Korek api Rp. 10.000

Ceritanya pas siang di kab. Pesisir selatan cuaca panas dan tiba-tiba ada spot bagus untuk membuka hammock, akhirnya saya bentang tali dan rebahan.

Blm tidur nyinyak eh dateng motor trenteng dooorr... (kurang lebih begitu suaranya), dan yang naik dua anak kecil ber celana SMP. sebelumnya 2 anak itu mengikuti kami sambil nanya-nanya, dan setelah tau kami ngerest di pohon kelapa mera nyamperin saya dan tanya-tanya lagi.

Salah satu pertanyaan yang bikin saya ketawa dan sedikit curiga adalah "bang di jawa uangnya sama ya...? " 🤣. Terus saya jawab ya...
Tak lama kemudian salah satu anak itu bilang, "bang ada uang 5rb nggak". Trs saya jawab "buat apa dek.. " dia g mau jawab intinya dia minta 5 ribu.

Trs dia bilang lagi, "masa abang jauh2 dari jawa g bawa uang", dan akhirnya saya nyerah saya kasihlah 10.000. Lalu saya tanya "dek punya korek nggak, kebetulan korek abang ketinggalan di warung tadi".
Dengan wajah sumringah anak itu mengasih koreknya dan bilang "udh bang ambil aja koreknya".

Yeees saya beli korek 10.000 lebih mahal dari swalayan manapun, dan isinya juga msh lumayan, yang masih jadi pertanyaan di benak saya, buat apa uang 10.000 itu..? Dan kenapa mereka punya korek...?

Semoga bermanfaat dek.....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membaca= Melawan

 Ketika sedang maraknya huru-hara di negri ini, ada beberapa anak-anak yang berjuang demi mempertahankan kehidupannya di tengah hutan dari para cukong yang kerap kali membohongi mereka dengan surat-surat yang mereka tidak bisa membacanya, dan harus di cap jempol untuk tanda menyetujuinya.  Lantas cukong itu kembali dengan membawa sejumlah alat pemotong kayu untuk menebang pohon dan membangun lahan dan mengusir kehidupan orang-orang didalamnya dengan alasan surat yang sudah di setujuinya.  Dari situlah saya bilang bahwa membaca adalah melawan, melawan kebodohan, melawan pembodohan. Kita tak mesti sekolah tinggi, kita tak mesti mendapatkan ijasah. mampu membaca dan berhitung tapi kita bisa melawan atas kebijakan yang tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan prikeadilan saja kita sudah sangat merasa berjasa bagi kehidupan kita sendiri.  Membaca melawan ketidak adilan, membaca melawan kesenjangan sosial, membaca melawan segala kasus hak asasi manusia untuk melanjutkan hidupnya s

Prolog

Selamat datang Mungkin anda ingin mengetahui indonesia secara lebih dekat dengan beberapa pengalaman saya tentang daerah-daerah yang saya lalui selama penjelajahan saya menggunakan sepeda di indonesia, Ya, dari mulai suku, adat, budaya, dan agama. Dan mungkin beberapa cerita unik tentang dunia pendidikan atau juga dunia literasi di indonesia yang setiap daerah mempunyai cara berbeda-beda untuk mengembangkan hal tersebut. Dari mulai membahas ekonomi masyarakat, pergerakan pemuda karang taruna, dan bahkan kegiatan pencinta alam. Manusia hidup cuma satu kali saja, maka buatlah hal unik dalam hidupmu, untuk cerita anak cucu kita di hari esok, mungkin beberapa orang menganggap hal yang saya lakukan ialah hal yang gila, tapi saya menganggap masih banyak orang yang lebih gila dari saya, anda mengenal saya berarti anda sudah mengenal salah satu jenis kegilaan pada jiwa manusia heheheheh..... Selama kurang lebih sepuluh bulan saya mengelilingi indonesia, walaupun tidak sampai 34 pro

20.000 Dapet Do'a Apa..?

Sepulang dari expedisi Ziaroh Wali Songo pada mei-juni 2016, saya memilih jalur tengah yaitu dari madura-surabaya-mojokerto-kediri-nganjuk-madiun dan seterusnya sampai di jogja. Sesampainya di hutan mantingan Ngawi saat menuruni jalan, setelah tanjakan yang nggak ada ujungnya, sebuah motor matic menyalipku pelan dari belakang dan menyodorkan uang 20.000 rupiah dan orang itu bilang “tolong doakan saya mas”, lalu saya menjawab ya... Sambil tersenyum. Kemudian saat istirahat saya berfikir 20.000 dapet doa apa ya...? Hehehehe. Bukan saya mau menyepelekan uang 20.000, disini saya berfikir ketika semua orang mengukur segalanya dengan uang. Bukan hanya dalam hal tolong menolong saja, melainkan uang sekarang juga dijadikan tolak ukur bagi para penceramah, di dunia televisi ataupun nyata. Ketika segala sesuatu diukur dengan uang dimanakah harga diri seorang manusia berada, apa iya uang dapat membeli harga diri mereka..? Ya begitulah sekarang yang terjadi, dari mulai penceramah hingga