Langsung ke konten utama

Menggapai Atap Sumatera

Sedikit tidak percaya kaki ini dapat melangkah ke Sebuah tempat tertinggi di sumatera, apalagi ketika dengar kami naik bersama team dari jakarta, sebenarnya kami sangat minder ketika naik dengan senior yang sudah mendaki beberapa puncak tertinggi di indonesia, tapi kami bersyukur karena kami dapat lebih banyak pelajaran tentang kegiatan dialam bebas.
Jalur yang kami lewati adalah bukan jalur yang banyak orang lalui, yang biasanya orang naik via kayu aro, tapi kali ini kami melewati jalur via solok selatan. Jalur yang lebih asri kita rasakan dan masih banyak satwa liar di hutan taman nasional kerinci.

Hari pertama:
Kami mulai memasuki pintu rimba, pintu d mana kami mulai memasuki wilayah hutan belantara yang masih hijau dan asri, ditambah sepanjang perjalanan kami banyak pacet (lintah) bergelantungan di kaki kami, ditambah saya tidak memakai sepatu hanya memakai sandal tracking, jadi lebih banyak pacet yang menempel di kaki saya, tapi semua itu tidak membuat kaki ini berhenti melangkah, setelah seharian berjalan sampailah kami di camp prapto, bisa dibilang kami sudah mencapai setengah perjalanan. Dari pintu rimba pukul 08:00 dan sampai di camp prapto pukul 17:30

Sungguh perjalanan yang menakjubkan bisa melihat keindahan hutan yang masih alami dan beberapa menemukan sumber air yang masih segar dan bisa langsung di minum.

Hati ke dua:
Melanjutkan perjalanan dari camp prapto, kami masih melewati hutan basah dengan beberapa jejak kaki harimau yang masih baru, beberapa melewati hutan lumut dan semak-semak kayu yang menutupi perjalanan kami. Tepat pukul 12 siang kami menginjak di ketinggian 3000mdpl, kebanyakan pendaki yang melalui jalur solok selatan memilih ngecamp terakhir di camp centigi, baru hbs itu summits.

Namun, tidak bagi kami, karena kami naik bersama tamu dari inggris dan mereka meminta ngecamp di tugu yudha, akhirnya kamipun ikut ngecamp di tugu yudha, padahal suatu hal yang gila ngecamp di tugu yudha, suatu padang yang luas dan bebatuan, selain itu tugu yudha memiliki kekuatan angin yang begitu kencang, tapi kita lebih cepat mencapai summits kalau ngecamp di tugu yudha. Tapi jarak ke mata air sangat jauh, bisa mencapai lima jam menuju mata air dan itu harus turun kembali.

Perjalanan dari camp prapto menuju tugu yudha membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 8 jam, angin yang cukup besar membuat kami sedikit susah mendirikan tenda. Dan kami tidur dengan nyinyak di tugu yudha, kami bangun pukul sekitar pukul 4:30 dan summits sekitar pukul 05:30, menaiki puncak yang penuh dengan bebatuan adalah pengalaman pertama saya, dan ketika sampai puncak kerinci 3805mdpl pukul 06:00, kami bersyukur sekali atas karunia tuhan yang smesta alam.


Pemandangan yang luar biasa kami saksikan dari atap pulau sumatera, pemandangan gunung tujuh yang sangat jelas dari atas puncak kerinci,
Sekian cerita perjalanan kami mendaki puncak tertinggi sumatera, dan selanjutnya akan kami akan lanjutkan cerita ini, tetap pantau terus blog saya ya guys....

Salam lestari......

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membaca= Melawan

 Ketika sedang maraknya huru-hara di negri ini, ada beberapa anak-anak yang berjuang demi mempertahankan kehidupannya di tengah hutan dari para cukong yang kerap kali membohongi mereka dengan surat-surat yang mereka tidak bisa membacanya, dan harus di cap jempol untuk tanda menyetujuinya.  Lantas cukong itu kembali dengan membawa sejumlah alat pemotong kayu untuk menebang pohon dan membangun lahan dan mengusir kehidupan orang-orang didalamnya dengan alasan surat yang sudah di setujuinya.  Dari situlah saya bilang bahwa membaca adalah melawan, melawan kebodohan, melawan pembodohan. Kita tak mesti sekolah tinggi, kita tak mesti mendapatkan ijasah. mampu membaca dan berhitung tapi kita bisa melawan atas kebijakan yang tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan prikeadilan saja kita sudah sangat merasa berjasa bagi kehidupan kita sendiri.  Membaca melawan ketidak adilan, membaca melawan kesenjangan sosial, membaca melawan segala kasus hak asasi manusia untuk melanjutkan hidupnya s

Prolog

Selamat datang Mungkin anda ingin mengetahui indonesia secara lebih dekat dengan beberapa pengalaman saya tentang daerah-daerah yang saya lalui selama penjelajahan saya menggunakan sepeda di indonesia, Ya, dari mulai suku, adat, budaya, dan agama. Dan mungkin beberapa cerita unik tentang dunia pendidikan atau juga dunia literasi di indonesia yang setiap daerah mempunyai cara berbeda-beda untuk mengembangkan hal tersebut. Dari mulai membahas ekonomi masyarakat, pergerakan pemuda karang taruna, dan bahkan kegiatan pencinta alam. Manusia hidup cuma satu kali saja, maka buatlah hal unik dalam hidupmu, untuk cerita anak cucu kita di hari esok, mungkin beberapa orang menganggap hal yang saya lakukan ialah hal yang gila, tapi saya menganggap masih banyak orang yang lebih gila dari saya, anda mengenal saya berarti anda sudah mengenal salah satu jenis kegilaan pada jiwa manusia heheheheh..... Selama kurang lebih sepuluh bulan saya mengelilingi indonesia, walaupun tidak sampai 34 pro

20.000 Dapet Do'a Apa..?

Sepulang dari expedisi Ziaroh Wali Songo pada mei-juni 2016, saya memilih jalur tengah yaitu dari madura-surabaya-mojokerto-kediri-nganjuk-madiun dan seterusnya sampai di jogja. Sesampainya di hutan mantingan Ngawi saat menuruni jalan, setelah tanjakan yang nggak ada ujungnya, sebuah motor matic menyalipku pelan dari belakang dan menyodorkan uang 20.000 rupiah dan orang itu bilang “tolong doakan saya mas”, lalu saya menjawab ya... Sambil tersenyum. Kemudian saat istirahat saya berfikir 20.000 dapet doa apa ya...? Hehehehe. Bukan saya mau menyepelekan uang 20.000, disini saya berfikir ketika semua orang mengukur segalanya dengan uang. Bukan hanya dalam hal tolong menolong saja, melainkan uang sekarang juga dijadikan tolak ukur bagi para penceramah, di dunia televisi ataupun nyata. Ketika segala sesuatu diukur dengan uang dimanakah harga diri seorang manusia berada, apa iya uang dapat membeli harga diri mereka..? Ya begitulah sekarang yang terjadi, dari mulai penceramah hingga