Ketika sedang maraknya huru-hara di negri ini, ada beberapa anak-anak yang berjuang demi mempertahankan kehidupannya di tengah hutan dari para cukong yang kerap kali membohongi mereka dengan surat-surat yang mereka tidak bisa membacanya, dan harus di cap jempol untuk tanda menyetujuinya.
Lantas cukong itu kembali dengan membawa sejumlah alat pemotong kayu untuk menebang pohon dan membangun lahan dan mengusir kehidupan orang-orang didalamnya dengan alasan surat yang sudah di setujuinya.
Dari situlah saya bilang bahwa membaca adalah melawan, melawan kebodohan, melawan pembodohan. Kita tak mesti sekolah tinggi, kita tak mesti mendapatkan ijasah. mampu membaca dan berhitung tapi kita bisa melawan atas kebijakan yang tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan prikeadilan saja kita sudah sangat merasa berjasa bagi kehidupan kita sendiri.
Membaca melawan ketidak adilan, membaca melawan kesenjangan sosial, membaca melawan segala kasus hak asasi manusia untuk melanjutkan hidupnya sebagai ciptaan Tuhan.
Lihatlah mereka yang berjuang melawan sebuah penindasan atas kehidupan mereka yang terancam. Lihatlah mereka yang berjuang atas keinginan untuk terwujudnya suatu kemerdekaan.
Berbagai macam keluhan masyarakat yang membuktikan ketidak percayaan terhadap pemimpinya sendiri telah kami dengar dari ujung indonesia, kalau rakyat sudah tidak percaya atas pemimpinnya sendiri bagaimana lantas para elit politik menyikapi tersebut. Bukankah mereka para elit lolitik di pilih oleh rakyat..? Ada suatu kejanggalan sebenarnya dari mulai proses pemilihan sampai masa akhirnya jabatan yang sedang menjadi topik hangat di negri ini.
Salam refolusi, saya bukan pers
Komentar
Posting Komentar