Langsung ke konten utama

GERILYA JAWA


Sebelumnya kurang percaya bahwa masyarakat jawa ada yang tinggal di luar jawa bahkan sampai menjadi seperti pribumi di wilayah perantauan, sebelumnya heran mendengar teman asal Lampung berbahasa jawa, teman dari bengkulu berbahasa jawa, da masih banyak yang bukan orang jawa tapi mreka bisa berbahasa jawa dari nenek moyang mereka di perantauan. saya tahu dan percaya ketika saya melewati sepanjang dataran Sumatera, dari mulai Aceh sampai Lampung.

Menurut sejarah perantauan orang jawa dimulai sejak adanya penjajahan Belanda di indonesia, Belanda mengirim ratusan orang jawa ke Suriname, bahkan sampai saat ini banyak orang suriname yang nenek moyang mereka berasal dari jawa. karena pada waktu itu Suriname ialah sama jajahan Belanda dan disana kekurangan pekerja, akhirnya Belanda mengirim orang-orang Indonesia hususnya Jawa kesana, dan ternyata orang jawa sampai sekarang menetap disana.

Berbicara pertemuan saya dengan orang-orang jawa di jalan sangat lah banyak dan masing-masing memiliki cerita yang unik. Salah satunya ketika saya melewati jalan dari bukit tinggi menuju padang, ada sebuah rumah yang jauh dari perkampungan, saat itu posisi jalan menanjak dan terpaksa harus ndorong, lagi asik-asiknya ndorong ada bapak-bapak dari rumah itu manggil "mas rene mampir sek" dalam benak saya kok ada yang tahu kalo saya ini orang jawa dan dia juga bisa bahasa jawa. tanpa panjag lebar akhirnya saya banting setir dan mampir di warung sekaligus rumah itu, disuguhkan secangkir kopi dan pertanyaan-pertanyaan. ternyata bapak itu hanya berfirasat "biasanya yang naik sepeda jauh-jauh itu kebanyakan orang jawa mas". pantesan bapak tadi secara tidak langsung memanggil dengan bahasa jawa.

dan ada juga orang-orang jawa yang menggunakan bahasa jawa di perantauan tapi ketika ditanya jawanya mana cuma jawab jawa tengah tanpa tahu pasnya dimana, "ndak tau mas wong dari buyut saya, saya udah ada disini". kadang merasa lucu saja heuheuheu....
dan ada juga orang jawa yang bisa pake bahasa jawa tapi ketika saya jawab pake bahasa jawa kromo malah dia nggak paham heuheuheu. tapi yang harus kawan-kawan ketahui adalah orang-orang jawa sudah menyebar di belahan negri indonesia dari mulai kota sampai epelosok, saya rasa orang jawa menghidupkan kembali suasana sekitar menjadi ramai peradaban, pembangunan rumah dan ekonimi daerah.

tidak hanya di sumatra bagian indonesia barat, di indonesia timur juga banyak, dari mulai masuk sulawesi, maluku, sampai ke papua. bahkan di papua tepatnya di kab. merauke di desa bupul, desa itu snagta jauh dari kota, mungkin ada sekitar 300km, masyarakatnya kebanyakan menjadi petani dan buruh di perusahaan sawi, ya di daerah papua banyak juga Pt/perusahaan sawit, tidak hanya di sumatera saja. nah di desa bupul itu satu kampung semua orang jawa, bahkan ketika saya sholat di masjidnya memakai pujian sehabis adzan menggunakan bahasa jawa. dan desa itu masuk kedalam jauh dari jalan raya, saya kira masyarakat disitu telah membababt hutan untuk membuat peradabaan baru pada saat itu.

memang masyarakat jawa mungkin memiliki jiwa rantau yang kuat, tidak kalah kuatnya dengan jiwa rantau orang-orang padang hehehehe, dari mulai pedagang, petani, pegawai, tentara, tukang cukur. kebanyakan adalah orang-orang jawa. jadi buat kawan-kawan yang orang jawa ingin bepergian keluar jawa, jangan khawatir ya, disana juga kaliat akan menemukan orang jawa juga kok. hehehhe 

terimakasih sudah membaca blog saya, tetap jaga kebersihan dan kesehatan

lndramayu-01-04-2020

Komentar

  1. Makasih mas, artikel2 yang sangat menarik. Selain itu, makasih untuk bahasa sederhana yang mas gunakan, jesal bagi saya, orang asing.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pakai Rompi Safety dikira Tukang Parkir

Kini bersepeda tidak seperti dahulu sebelum banyaknya kendaraan bermotor, pesepeda kini harus lebih mengantisipasi terjadinya kecelakaan karena ulah para pengendara bermotor yg tidak banyak memberi jalan kepada pesepeda. Namun, selain itu pesepeda juga harus safety dan bagaimanapun caranya ketika kita bersepeda bisa diketahui oleh pengendara lain, salah satunya ialah memakai rompi safety. Saya memiliki pengalaman menarik terhadap rompi safety yang biasa dipakai para pesepeda, cerita ini saya alami ketika sepulang dari mataram lombok menuju jogjakarta. Seperti biasanya saya memilih istirahat di mini market untuk sekedar ngadem ataupun membeli minuman. Nah ketika itu saya istirahat di sebuah mini market di daerah karanganyar solo. Karena waktu sudah maghrib akhirnya saya memilih ngerest lebih lama di mini market itu sambil menikmati minuman dan beberapa cemilan tak lupa selinting tembakau di tangan. Orang berlalu lalang sambil memandang sepedaku yang mungkin terlihat sedikit sa

Bersepeda Membelah Hutan Baluran

Bagi siapapun yang akan bepergian jauh khususnya kearah timur pulau Jawa pasti akan melewati Taman Nasional Baluran jika kita memilih jalur utara atau pantura. Namun, momen ini akan berbeda ketika kita menjalaninya dengan bersepeda, dengan bersepeda kita akan lebih dekat dengan flora dan fauna yang ada di taman nasional baluran yang terletak di kabupaten situbondo. Di sini saya akan menceritakan perjalanan saat melintasi taman nasional baluran menggunakan sepeda ontel bersama kawan saya fasha. Kami berdua start dari rumah bapak Ibturi yang terletak kurang lebih 100m sebelum alas baluran, bapak ibturi adalah salah satu pegiat sepeda ontel di kabupaten situbondo. Kami mulai start jam 07:00 melintasi taman nasional baluran, di sepanjang jalan kami hanya di temani oleh sekelompok monyet-monyet kecil yang sedang mencari makan di pinggir jalan, biasanya banyak pejalan raya yang mengasih beberapa kacang dan makanan lainnya. Medan jalan yang naik turun lagi-lagi menguras banyak tenaga

20.000 Dapet Do'a Apa..?

Sepulang dari expedisi Ziaroh Wali Songo pada mei-juni 2016, saya memilih jalur tengah yaitu dari madura-surabaya-mojokerto-kediri-nganjuk-madiun dan seterusnya sampai di jogja. Sesampainya di hutan mantingan Ngawi saat menuruni jalan, setelah tanjakan yang nggak ada ujungnya, sebuah motor matic menyalipku pelan dari belakang dan menyodorkan uang 20.000 rupiah dan orang itu bilang “tolong doakan saya mas”, lalu saya menjawab ya... Sambil tersenyum. Kemudian saat istirahat saya berfikir 20.000 dapet doa apa ya...? Hehehehe. Bukan saya mau menyepelekan uang 20.000, disini saya berfikir ketika semua orang mengukur segalanya dengan uang. Bukan hanya dalam hal tolong menolong saja, melainkan uang sekarang juga dijadikan tolak ukur bagi para penceramah, di dunia televisi ataupun nyata. Ketika segala sesuatu diukur dengan uang dimanakah harga diri seorang manusia berada, apa iya uang dapat membeli harga diri mereka..? Ya begitulah sekarang yang terjadi, dari mulai penceramah hingga