Langsung ke konten utama

Dari Pulau Ke Pulau 02


 

Jauh dari rumah bukanlah suatu hal yang sukar bagi saya, dan perjalanan adalah sebuah jalan merakit rindu yang terbatas oleh waktu. Melanjutkan cerita dari pulau ke pulau berikutnya adalah saya akan membahas beberapa pulau kecil yang masih saya lalui di wilayah timur Indonesia.

Setelah dari pulau kecil Gili Trawangan Lombok saya bertolak ke pulau sumbawa, sumbawa adalah salah satu pulau yang cukup besar di provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumbawa menyajikan pemandangan yang tak kalah menarik dengan Lombok, lebih dari seminggu saya berada di pulau sumbawa, melewati kota sumbawa, dompu, bima. Sepanjang jalan disuguhkan pemandangan pesisir yang juga membelah perbukitan, pantai yang jernih menembus bebatuan karang membuat perjalan semakin asyik walau dijalani sendiri.

Sumberdaya alam dan manusia yang saling melengkapi menambah banyak pelajaran bagi saya sendiri, dari masyarakat nelayan, petani, sampai para penggembala kerbau, memang sepanjang jalan banyak sekali menemui kerbau-kerbau dan sapi berkeliaran liar berlalulalang di jalan raya, bahkan sampai di kasih tanda “Awas banyak hewan”, saya sempat kaget ketika di bima beberapa sapi menguasai jalan perkotaan sampai di teras-teras pertokoan, sungguh pemandangan yang jarang bahkan tidak ada di pulau Jawa.

Selain nelayan di sumbawa juga salah satu daerah exsportir jagung besar di Indonesia, sepanjang jalan banyak menyaksikan pabrik-pabrik pengeringan jagung yang nantinya akan di exspor ke beberapa negara di Asia, jiwa sosial masyarakat yang sangat tinggi sampai beberapa kali di berhentikan oleh masyarakat untuk sekedar minum dan membakar rokok sebatang, dan dari situlah saya belajar dan mencari lebih dalam cara hidup orang-orang sana. 

Menemani masyarakat yang sedang menjaga kebun jagung dari serangan monyet-monyet yang lapar, dengan membawa senapan angin para petani mengusir monyet yang berkeliaran di kebun, saya mengira monyet itu akan di tembak mati, ternyata hanya untuk menakuti monyet saja dengan suara senapan angin monyet itu akan berlari sekencang mungkin menjauh dari kebun.

Dari satu pulau saja saya banyak belajar bagaimana cara orang di setiap wilayah menjalani hidup yang berbeda-beda, menyesuaikan dengan kondisi geografis masing-masing daerah. Dan Indonesia adalah negeri yang menurut saya sangat kaya sekali akan sumberdaya alam dan keaneka ragaman budayanya.

Maka sangat di sayangkan jika ada segelintir orang yang ingin mengusai Indonesia dengan sepenuh nafsunya untuk mengumpulkan kekayaannya sendiri tanpa memperdulikan kelestarian alam dan ragam budayanya, maka bersyukurlah kalian yang ikut serta menjaga alam dan melestarikan budaya Indonesia.

SALAM LESTARI………..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etape 1-2 (cirebon-bumiayu-banyumas-kebumen)

Kami mulai berjalan dari tanggal 20 juni 2018, tepat dari desa tegal gubug, Cirebon barat. Etape pertama kami mengambil jalur pantura dan kemudian sampai di Brebes barat kami belok kanan mengambil jalur tengah, karena kami bertiga ingin melintasi kota Jogja jadi kami harus mengambil jalur yang sedikit banyak tanjakan di daerah Bumiayu Brebes. Panasnya jalan pantai utara kami lewati hanya beberapa jam saja, kemudian kami melintasi beberapa tanjakan yang sangat ekstrim di wilayah memasuki jalur tengah yaitu di kecamatan prupug, Brebes. Dan ketika malam tiba cuaca agak kurang bersahabat dengan kami, gerimis pun mengguyur kami bertiga di tengah terjalnya jalan yang berlika liku, sebagai mana kehidupan ini heheheh sok bijak..... Tepat pada pukul 19:30 kami bertiga di jemput oleh salah satu kawan di Bumiayu, akhirnya tepat pukul 20:00 kami akhiri etape 1 di bumiayu dan menginap di rumah Mang Moeh, ia adalah salah satu anggota dari komunitas ontel bumiayu atau disingkat KOB. Mungkin...

20.000 Dapet Do'a Apa..?

Sepulang dari expedisi Ziaroh Wali Songo pada mei-juni 2016, saya memilih jalur tengah yaitu dari madura-surabaya-mojokerto-kediri-nganjuk-madiun dan seterusnya sampai di jogja. Sesampainya di hutan mantingan Ngawi saat menuruni jalan, setelah tanjakan yang nggak ada ujungnya, sebuah motor matic menyalipku pelan dari belakang dan menyodorkan uang 20.000 rupiah dan orang itu bilang “tolong doakan saya mas”, lalu saya menjawab ya... Sambil tersenyum. Kemudian saat istirahat saya berfikir 20.000 dapet doa apa ya...? Hehehehe. Bukan saya mau menyepelekan uang 20.000, disini saya berfikir ketika semua orang mengukur segalanya dengan uang. Bukan hanya dalam hal tolong menolong saja, melainkan uang sekarang juga dijadikan tolak ukur bagi para penceramah, di dunia televisi ataupun nyata. Ketika segala sesuatu diukur dengan uang dimanakah harga diri seorang manusia berada, apa iya uang dapat membeli harga diri mereka..? Ya begitulah sekarang yang terjadi, dari mulai penceramah hingga ...

Java trip (solois)

Hai gaes, pada perrjalanan saya kali ini saya akan melimtasi pulau jawa, tapi tidak semua ya. Hari ini 12,novber,2019 saya sudah sampai jogja dan besok hari kamis saya akan melanjutkan perjalanan menuju surabaya melalui jalur lintas tengah madiun. Yang pada mengira saya akan melewati bali, mohon maaf ya. Untuk ekspedisi kali ini saya tidak melewati ,melainkan dari surabaga saya berlayar menuju makasar dan berlayar lagi menuju ternate maluku. Mungkin dinternate saya akan singgah lama, karena akan bekerja dulu untuk melnjutkan perjalanan ke halmahera dan sorong. Dan untuk perjalanan bike to literation ke timur ini saya melakukannya seorang diri (solois). Karena kawan saya tian tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Dengan single fighter semoga saya selalu semangat dan menikmati perjalanan saya ya gaes. Sebelumnya saya ucapkan terimkasih kepada bro tian yang sudah menemani saya selama perjalanan di sumatra.