Masih di bulan maret 2019, saya memutuskan melanjutkan
perjalanan dari sorong menuju Merauke menggunakan KMP TATAMAILAU dari PT.Pelni
Indonesia, tepat tanggal 07 maret 2019 pagi, saya dan teman saya di sorong
pergi ke Pelabuhan untuk bersiap-siap menaikan sepeda ke kapal Tatamailau
tepatnya di dek 6 dan itu sangat tinggi sekali, karena kapal ini sebenarnya
kapal untuk penumpang saja bukan seperti ferry atau kapal Surabaya Lombok yang
memuat angkutan juga, jadi saya harus bersusah payah mengangkat sepeda ke dek 6
seorang diri dengan beban kissaran 30kg, dan menurut saya disitulah seni
berlayar menggunakan kapal pelni yang tidak seperti kapal lainnya, tapi enaknya
sepeda tidak dikenakan tarif sepeserpun jadi kita cukup membeli tiket untuk
orang saja. Harga tiket yang saya beli cukup mahal karena cukup jauh juga
pelayaran ini bahkan sampai menghabiskan waktu satu minggu diatas laut, dan
untuk kalian yang mau pergi ke papua jangan pernah berfikir susah atau
sebagainnya, ibarat kata “banyak jalan menuju Roma” begitupun banyak jalan
menuju papua heuheuheu……
Kurang lebih satu hari satu malam berlayar dari sorong
sampailah di Pelabuhan fak fak yang juga masih bagian dari papua barat,
Pelabuhan fak-fak tak sebesar Pelabuhan sorong yang masuknya sedikit
membingungkan sama halnya di Pelabuhan tanjung perak Surabaya, dan lumayan
banyak juga penumpang yang ikut dari Pelabuhan fak-fak, di pelabuan fak-fak
kapal tidak berhenti begitu lama dan segera melanjutkan perjalanan menuju
Pelabuhan Kaimana.
Dari fak-fak menuju kaimana kurang lebih memakan waktu satu
hari satu malam juga, sesampainya di kota senja itu gema adzan maghrib
berkumandang di tanah papua, di kaimana kapal berhenti cukup lama lebih lama
ddi bandingkan di fak-fak, karena di kaimana kapal mengisi air untuk MCK dan
kebutuhan memasak di dapur kapal, kurang lebih 13 mobil pengangkut air
berisikan 1000 liter per mobil, kapal pelni memang besar sekali bahkan yang
saya naiki ini sampe ke 17 dek yang berisikan penumpang dan crew kapal bisa
sampai ribuan. Setelah mengisi air dan perlengkapan kapal yang kurang, kapal
Kembali lagi berlayar pukul 22:00 WIT dengan tujuan transit selanjutnya di
Pelabuhan Tual.
Tual adalah pulau yang cukup besar pulau ini masuk ke
provinsi maluku yang sebelumnya ikut provinsi maluku tenggara, pasti dari
kalian ada yang bertanya mengapa balik lagi ke maluku, sebenarnya ini tidak
balik lagi tapi memang Tual adalah kota yang paling dekat dengan papua dari
provinsi maluku, jadi tual adalah terminal dagang sandang dan pangan yang dari
maluku akan di kirim ke papua. Jadi begitu kapal sampai di tual banyak sayuran
yang masuk dan beberapa karung pakaian untuk di distribusikan kepapua, dan yang
kalian harus tahu bahwa tual adalah kota kelahiran preman Jakarta tersohor
yaitu Jhon kei, dia sebenarnya lahir di tual dan di besarkan di pulau kei,
jarak kei dengan tual tidaklah begitu jauh. Sekitar 3 jam kapal sandar di
Pelabuhan tual dan akhirya bisa melanjutkan perjalanan lagi menuju Pelabuhan
Timika.
Timika adalah salah satu kota yang masih masuk papua barat,
di Timika lah pintu masuk penambangan raksasa freeport dan masih banyak
tambang-tambang kecil galian emas, di Timika kapal tidak berhenti lama hanya
menurunkan barang dan penumpang saja lalu muat barang dan penumpang kemudian
melanjutkan perjalanan menuju Agats atau sering juga di sebut Asmat.
Agats adalah salah satu kabupaten yang sebagian besar di
duduki oleh suku asmat, mereka hidup di hutan dan di pesisir selatan papua begitupun
di kota agats sendiri, keunikan disana ialah sangan jarang menemui jalan yang
terbuat dari aspal ataupun beton, karena Agats sebagian besar adalah rawa yang
membentuk beberapa sungai kecil di sekelilingnya, jadi alat transportasi utama
mereka adalah sampan atau perahu kayu dengan mesin kecil sebagai mana di
gunakan oleh orang-orang bajo di beberapa pesisir Indonesia, ada suatu hal yang
sangat miris saya saksikan begitu kapal sandar di Pelabuhan Agats, begitu para
penumpang turun dan para porter naik untuk mengangkat barang, banyak juga
anak-anak kecil yang naik dan turun membawa kotak nasi dan minuman botol dari
kapal, dengan berlari cepat mereka mengambil itu semua dari atas kapal yang
berjumlah 17 tingkat itu. Mereka membawa lari nasi kotak itu dengan senang dan
memakannya secara bersamaan di tempat yang agak jauh dari Pelabuhan. Melihat pemandangan
seperti itu saya sungguh merasa sangat berdosa, sangat-sangat berdosa. Saya yang
masih sering membuang makanan sisa, menyianyiakan makanan dan minuman yang saya
tidak sukai, ternyata masih banyak orang yyang masih membutuhkan semua yang saya anggap tidak perlu. Bahkan saya melihat
beberapa anak menggunakan pakaian orang dewasa dan anak-anak kecil bahkan orang
dewasa disana tidak ada yang memakai alas kaki, entah tidak punya atau tidak
mampu untuk membelinya saya tidak paham. Dan ternyata Agats adalah Pelabuhan terakhir
kapal ini transit yang ke esokan harinya kapal sudah akan sandar di Pelabuhan Merauke,
waktu yang singkat namun memberikan banyak pelajaran, terimakasih asmat.
Dini hari pukul 01:30 kapal sandar di Pelabuhan Merauke dan
sekitar pukul 02:00 WIT saya baru bisa mengeluarkan sepeda saya dari lantai 6
kapal menuju dermaga dengan tangga yang sangat licin, dan saat menaiki sepeda
itu saya merasa berat tidak seperti sebelum-sebelumnya, dan ternyata ban sepeda
saya kurang angin sedangkan kota Merauke masih sekitar 5km lagi, alhasil saya
tetap melanjutkan perjalanan menuju kota. Tapi, di tengah perjalanan seorang dengan
sragam TNI memberhentikan saya lalu bertanya “mas ini dari mana ?” lalu saya
jawab “dari jawa”, dari logat mas TNI ini bertanya sudah kelihatan kalu dia
orang jawa, lalu ia bertanya lagi “jawanya mana mas” dan saya jawab “saya asli
indramayu jawa barat, tapi merantau di jogja” dan tanpa basabasi mas TNI itu
menyarankan saya agar tidak melanjutkan perjalanan menuju kota dan diarahkanlah
saya menuju masjid persis di sebelah koramil di dekat Pelabuhan, dan saya pun
istirahat di situ sampai adzan subuh tiba. Sehabis solat subuh saya membuat
sarapan dengan merebus mie instan di kompor portable, setelah selesai makan dan
saya sedang membereskan peralatan saya, mas TNI itu datang lagi ke masjid
dengan seragam yang gagah dan membawa se bungkus sate komplit dengan lontongnya
untuk sarapan saya, dan saya bilang kalo say aini sudah sarapan. Tapi, mas TNI
memaksa saya untuk memakannya lagi, alhasil saya sarapan dua kali heuheuheu…..
Setelah melahap habis sate
pemberian mas TNI saya bergegas mekanjutkan perjalanan dan sembari
menengok kanan kiri siapa tahu ada tukang tambal ban unntuk menambah angin. Setelah
kurang lebih 100 meter mengayuh saya meemukan tukang tambal ban dan mengisi
angin di situ dengan harga duaribu rupiah. Kemudian tepat pukuul 07:00 WIT
tibalah saya di pusat kota Merauke tepatnya saya istirahat di sekitaran tugu libra,
lalu tak lama teman saya yang juga dia touring dengan sepeda menjemput saya di
tugu libra dengan sepedannya dia adalah Rajip si rayap selatan yang hampir satu
tahun mengelilingi Indonesia timur. Kemudian saya diajaklah di basecamp komunitas
vespa di Merauke dengan nama KSC (kandara scooter club), basecamp itu sebuah
bengkel las dengan beberapa kamar istirahat untuk para petouring dari manapun
dan menggunakan apapun dan disana saya banyak menemukan kawan baru dengan
berbagai macam kalangan dan pengalaman mereka masing-masing selama di jalan, basecamp
itu secara pribadi dimiliki oleh ketua KSC yaitu Bpk Selamet Haryadi yang
secara umum di pakai oleh anak-anak singgah di kota Merauke. Banyak cerita di kota
paling timur Indonesia ini, saya akan lanjutkan cerita ini di judul
selanjutnya, terimakasih sudah membaca artikel kecil yang acak-acakan ini
hehehehe……..
Komentar
Posting Komentar